Minggu, 24 April 2011

Bahaya timbal ( timah hitam )

TimbalTimbal atau dikenal sebagai logam Pb dalam susunan unsur merupakan logam berat yang terdapat secara alami di dalam kerak bumi dan tersebar ke alam dalam jumlah kecil melalui proses alami. Apabila timbal terhirup atau tertelan oleh manusia dan di dalam tubuh, ia akan beredar mengikuti aliran darah, diserap kembali di dalam ginjal dan otak, dan disimpan di dalam tulang dan gigi.
Manusia menyerap timbal melalui udara, debu, air dan makanan. Salah satu penyebab kehadiran timbal adalah pencemaran udara. Yaitu akibat kegiatan transportasi darat yang menghasilkan bahan pencemar seperti gas CO3, NOx, hidrokarbon, SO2,dan tetraethyl lead, yang merupakan bahan logam timah hitam (timbal) yang ditambahkan ke dalam bahan bakar berkualitas rendah untuk menurunkan nilai oktan.

Sumber pencemaran timbal
Timbal di udara terutama berasal dari penggunaan bahan bakar bertimbal yang dalam pembakarannya melepaskan timbal oksida berbentuk debu/partikulat yang dapat terhirup oleh manusia. Mobil berbahan bakar yang mengandung timbal melepaskan 95 persen timbal yang mencemari udara di negara berkembang. Sedangkan dalam air minum, timbal dapat berasal dari kontaminasi pipa, solder dan kran air.
Kandungan timbal dalam air sebesar 15mg/l dianggap sebagai konsentrasi yang aman untuk dikonsumsi. Dalam makanan, timbal berasal dari kontaminasi kaleng makanan dan minuman dan solder yang bertimbal. Kandungan timbal yang tinggi ditemukan dalam sayuran terutama sayuran hijau.

Keracunan timbal
Penelitian menunjukkan bahwa timbal yang terserap oleh anak, walaupun dalam jumlah kecil, dapat menyebabkan gangguan pada fase awal pertumbuhan fisik dan mental yang kemudian berakibat pada fungsi kecerdasan dan kemampuan akademik. Anak perkotaan di negara berkembang memiliki risiko yang tinggi dalam keracunan timbal. Menurut US Centre for Disease Control and Prevention, diperkirakan pada 1994, sebanyak 100 persen darah dari anak berumur di bawah dua tahun mengandung timbal yang melampaui ambang batas 10mg/dl dan 80 persen darah dari anak 3-5 tahun melebihi ambang batas tersebut. Anak yang tinggal atau bermain di jalan raya sering menghirup timbal dari asap kendaraan yang menggunakan bahan bakar bertimbal. Baru-baru ini dilakukan penelitian mengenai hal tersebut.

Jika hasil penelitian itu kelak dapat menyimpulkan bahwa kadar timbal dalam darah anak tidak lebih baik daripada penelitian pada 2001, kecurigaan yang mungkin muncul beralih pada pola konsumsi anak-anak, misalnya kebiasaan mengonsumsi makanan dalam kaleng. Di negara yang maju sekalipun, diperkirakan masih banyak anak yang darahnya mengandung timbal melebihi ambang batas. Diperkirakan 78 persen anak berumur di bawah dua tahun dan 28 persen anak berumur 3-5 tahun memiliki kandungan timbal dalam darah yang melebihi ambang batas.

Studi toksisitas
Studi Toksisitas Timbal menunjukkan bahwa kandungan Timbal dalam darah sebanyak 100 mikrogram/l dianggap sebagai tingkat aktif (level action) berdampak pada gangguan perkembangan dan penyimpangan perilaku. Sedangkan kandungan Timbal 450 mikrogram/l membutuhkan perawatan segera dalam waktu 48 jam. Lalu, kandungan Timbal lebih dari 700 mikrogram/l menyebabkan kondisi gawat secara medis (medical emergency). Untuk kandungan timbal di atas 1.200 mikrogram/l bersifat sangat toksik dan dapat menimbulkan kematian pada anak. Kadar Timbal 68 mikrogram/l dapat menyebabkan anak makin agresif, kurang konsentrasi, bahkan menyebabkan kanker.

Hal ini diduga meningkatkan kasus infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) anak-anak. Timbal yang terserap oleh anak, walaupun dalam jumlah kecil, dapat menyebabkan gangguan pada fase awal pertumbuhan fisik dan mental yang kemudian berakibat pada fungsi kecerdasan dan kemampuan akademik. Sistem syaraf dan pencernaan anak masih dalam tahap perkembangan, sehingga lebih rentan terhadap timbal yang terserap. Pada kadar rendah, keracunan timbal pada anak dapat menyebabkan penurunan IQ dan pemusatan perhatian, kesulitan membaca dan menulis, hiperaktif dan gangguan perilaku, gangguan pertumbuhan dan fungsi penglihatan dan pergerakan, serta gangguan pendengaran.

Pada kadar tinggi, keracunan timbal pada anak dapat menyebabkan: anemia, kerusakan otak, liver, ginjal, syaraf dan pencernaan, koma, kejang-kejang atau epilepsi, serta dapat menyebabkan kematian. Anak dapat menyerap hingga 50 persen timbal yang masuk ke dalam tubuh, sedangkan dewasa hanya menyerap 10-15 persen. Anak dapat menyerap tiga kali dosis lebih besar dibandingkan orang dewasa karena memiliki perbandingan permukaan penyerapan dan volume yang lebih besar.

Penduduk di negara berkembang, terutama anak-anak, terancam paparan timbal yang sangat besar disebabkan oleh:
(a) Belum ada peraturan tentang emisi industri dan penggunaan bahan bakar yang mengandung timbal,
(b), lemahnya pelaksanaan peraturan lingkungan dan keselamatan kerja,
(c) Banyaknya industri rumah tangga pelapisan dan pengolahan logam
(d) penerapan budaya tertentu seperti penggunaan alat masak dari keramik mengandung timbal dan penggunaan timbal untuk bahan kosmetik.
Solusi versus kendala
Sebagai salah satu zat yang dicampurkan ke dalam bahan bakar (premium dan premix), timbal yang berupa (C2H5) 4Pb atau TEL (Tetra Ethil Lead), mulai dipakai sejak 1921 sebagai bahan aditif. Ia berfungsi untuk meningkatkan angka oktan suatu jenis bahan bakar sehingga bila digunakan, mesin akan terhindar dari gejala ngelitik. Selain itu, ia juga berfungsi sebagai pelumas bagi unjuk kerja antarkatup mesin (intake&exhaust valve) dengan dudukan katup valve seat serta valve guide.

Keberadaan Octane booster dibutuhkan dalam bensin untuk membuat mesin dalam kendaraan bermotor dapat bekerja dengan baik. Pemakaian bensin yang menggunakan octane booster timbal (premium) dan merupakan bahan bakar utama kendaraan bermotor di Indonesia ternyata penyumbang besar pencemaran di udara. Akibat nyatanya adalah kadar Pb (timbal) di udara telah melampaui baku mutu udara yang ditetapkan oleh WHO.

Namun, tanpa timbal sebagai octane booster dalam bensin, dibutuhkan zat lain sebagai pengganti (zat aditif). Sebagai alternatif pengganti timbal, ada lima zat aditif lain, namun pemerintah telah menyetujui pemakaian HOMC (High Octane Mogas Component) yang saat ini masih diimpor. Zat aditif lain yang belum mendapat izin dari pemerintah adalah MMT (Methylcyclopentadienyl Manganese Tricarbonyl), MTBE (Methyl Tertiary Buthyl Ether), dan Ferrocene (Dicylopentadienyl Ferrum).

Hanya saja, penggunaan pengganti timbal ini bukan berarti tanpa risiko, karena masing-masing zat tersebut dapat menimbulkan penyakit atau mencemari lingkungan. HOMC mengandung aromatic benzene yang dapat menimbulkan kanker kulit, paru, serta buli-buli. MMT dapat bersifat racun pada otak, paru-paru dan testis. Sedangkan MTBE berpotensi mencemari sumber air minum dan air tanah. Hal ini menandakan zat apapun yang dipilih selalu mempunyai dampak negatif pada manusia, walaupun secara teknis, zat-zat tersebut dapat menurunkan emisi NOX, Hidrokarbon serta Karbonmonoksida.

Sementara dari pihak konsumen yang nota bene adalah pengguna kendaraan bermotor, tentu akan mempertimbangkan beberapa hal untuk menentukan pengganti timbal ini. Di antara pertimbangan itu adalah, baikkah zat tersebut terhadap lingkungan dan kesehatan manusia, apakah tak berdampak pada bensin, apakah suplainya mudah, apakah cukup ekonomis harganya, dll. Yang terpenting adalah sosialisasi zat lain pengganti timbal ini.

Premium sebagai bahan bakar yang paling banyak digunakan merupakan campuran dari high octan motogas component (HOMC), low octan motogas component (LOMC) dan tetra ethyl lead alias timbal. Timbal berfungsi untuk mengangkat nilai oktan ke angka 88. Nilai oktan ini berguna untuk meningkatkan pembakaran pada kendaraan bermotor. Sayangnya, timbal ini menjadi salah satu biang kerok pencemaran udara di kota-kota besar seperti Jakarta.

Untuk memasok bensin TT ke Jakarta, mau tidak mau, pemerintah harus mengeluarkan biaya ekstra. Pasalnya, bensin ramah lingkungan tersebut memerlukan rasio HOMC yang lebih besar ketimbang sebelumnya untuk tetap menghasilkan nilai oktan sebesar 88. Makanya, penambahan HOMC tadi sangat vital untuk memproduksi bensin TT. Apalagi kadar HOMC yang tersedia saat ini bisa mencapai nilai oktan ke angka 92, 95 bahkan 97. Untuk ini, pemerintah harus mengimpor HOMC sebanyak 300.000 barel per tahun. Padahal saat ini harga HOMC di pasar dunia mencapai 30 dolar AS per barel. Dapat dibayangkan, berapa uang yang dikeluarkan untuk membeli HOMC tersebut.

Subsidi yang diberikan pemerintah untuk bahan bakar akan makin membengkak. Dana itu akan digunakan untuk membangun unit-unit proses atau alat produksi yang dapat menghasilkan HOMC tambahan agar seluruh BBM di Indonesia bebas dari timbal. Sebenarnya untuk meningkatkan kadar oktan ini bukan tergantung timbal saja. Selama ini octane booster banyak dijual di pom-pom bensin. Yang harus diingat, hitungan angka oktan yang harus mencapai 88 adalah tuntutan dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo). Sementara penghapusan timbal merupakan tuntutan dari lingkungan. Pemerintah harus bertanggung jawab terhadap kualitas bahan bakar minyak (BBM) agar mesin-mesin mobil tidak rusak.

Gaikindo sendiri masih menyimpan tanda tanya besar atas persyaratan teknis dari produk pertamina. Super TT, contohnya. Pada super TT, kandungan olefin pada HOMC mencapai 60 persen atau dua kali lipat dari kandungan normal. Menurut Sekjen Gaikindo, FX Soeseno, hal tersebut bisa berdampak negatif bagi mesin.

Masalah timbal ini memang tidak semudah yang terlihat. Di satu sisi, terdapat permasalahan terancamnya kualitas anak-anak sebagai generasi penerus akibat tercemar timbal. Keracunan Timbal dapat memicu tragedi sosial akibat penurunan kecerdasan dan kemampuan akademik anak yang akan menurunkan produktivitas dan kualitas bangsa di masa yang akan datang. Namun di sisi lain, ketika ditawarkan solusi penggunaan catalyc converter akan timbul masalah yang lain lagi yaitu rusaknya kendaraan akibat pemasangan catalyc converter tersebut.

Sampai saat ini, belum ada solusi lain yang lebih baik. Apakah masyarakat rela menyelamatkan anak-anaknya dari racun timbal dengan mengorbankan kendaraannya? Apalagi jika kita mengingat betapa bangganya masyarakat kita dengan mobilnya masing-masing. Bagi sebagian besar masyarakat kita, mobil sangatlah penting karena menunjukkan status sosial mereka.

Walaupun selintas mungkin jawabannya adalah menyelamatkan anak-anak mereka, tapi setelah mereka tahu berapa uang yang harus mereka keluarkan, mereka mungkin akar berpikir ulang. Terlebih lagi, banyak masyarakat yang masih tidak tahu besarnya efek pencemaran timbal bagi anak-anak. Sebenarnya, inti dari semua masalah ini save the world -- selamatkan dunia. Kalau bukan kita siapa lagi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar